Pengertian Penalaran Deduktif, Induktif, dan Abduktif Lengkap Dengan Contohnya
Oleh Admin - 17 Februari, 2024
Sebelum mempelajari penalaran Deduktif, Induktif, dan Abduktif ini, perlu anda memahami apa yang dimaksud dengan Penalaran.
Penalaran adalah proses berpikir berdasarkan pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Pengamatan tersebut akan membentuk proposisi - proposisi sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, kemudian disimpulkan sebuah proposisi baru yang tidak diketahui sebelumnya.
Ada tiga jenis metode dalam menalar yaitu:
Deduktif
Induktif
Abduktif
Berikut adalah pengertian penalaran Deduktif, Induktif, dan Abduktif lengkap dengan contohnya.
A. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penalaran yang bertujuan untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Dengan kata lain deduksi merupakan suatu penalaran untuk menyimpulkan hal khusus dari sejumlah proposisi umum.
Contoh Penalaran deduktif:
Semua manusia akan mati (Premise 1), Paidi adalah manusia (Premise 2), Jadi Paidi akan mati (Konklusi)
Beras merupakan komoditi bagi orang Indonesia (umum), tetapi ada beberapa wilayah yang penduduknya mengkonsumsi sagu (khusus) seperti maluku dan papua (khusus).
Macam – macam penalaran deduktif, yaitu:
1. Silogisme, yaitu proses membuat kesimpulan secara deduktif. Silogisme tersusun dari dua proposisi (pernyataan) dan konklusi (kesimpulan). Silogisme dirangkai dari tiga buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
2. Entimen, yaitu penalaran deduksi secara langsung atau tanpa silogisme premis atau tidak diucapkan karena sudah diketahui.
Contoh Entimen:
Premis 1 : Penderita kurang darah tidak boleh makan buah melon
Premis 2 : Budi menderita penyakit kurang darah
Konklusi : Budi tidak boleh makan buah melon
Entimen : Budi tidak boleh makan buah melon karena menderita penyakit kurang darah
Macam-macam Silogisme, yaknni:
1. Silogisme Negatif, yaitu setiap kalimat yang didalamnya terdapat kata “bukan ataupun tidak” pada premis dan simpulan. Jadi, jika suatu premis pada silogisme bersifat negatif, maka kesimpulannya pun bersifat negatif juga.
Contoh Silogisme Negatif:
Premis 1 : Penderita kurang darah tidak boleh makan buah melon
Premis 2 : Budi menderita penyakit kurang darah
Konklusi : Budi tidak boleh makan buah melon
2. Silogisme Error, yaitu kecermatan dalam menarik kesimpulan menggunakan penalaran silogisme. Untuk merumuskan premis, diwajibkan mencermati setiap kalimat yang akan dibuat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Contoh silogisme error:
Premis 1 : Yanto lulus ujian CPNS
Premis 2 : Yanto rajin menabung dan tidak sombong
Konklusi : Orang yang lulus ujian CPNS karena rajin menabung dan tidak sombong ?
Konklusi diatas adalah salah karena tidak terdapat premis umum (PU)
B. Penalaran Induktif
Induktif atau Logika Induktif adalah proses penarikan kesimpulan dari kasus – kasus nyata secara individual (khusus) menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Menurut Benyamin Molen (2014:14) induksi adalah suatu penalaran yang berasal dari pernyataan – pernyataan yang bersifat khusus atau tunggal, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Selanjutnya menurut Surojiyo dkk (2008:60) menyatakan bahwa induksi adalah proses peningkatan dari hal – hal yang bersifat individual kepada hal yang bersifat universal.
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa induktif adalah proses berfikir untuk menyimpulkan suatu kebenaran yang dilakukan berdasarkan pada apa – apa yang bersifat khusus, kemudian ditarik suatu kesimpulan kebenaran yang sifatnya umum/universal.
Contoh bentuk penalaran induktif adalah elang punya mata, kucing punya mata, kerbau punya mata, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap hewan punya mata.
C. Penalaran Abduktif
Menurut Donny Gahral Adian & Herdito Abduksi adalah metode untuk memilih argumentasi terbaik dari sekian banyak argumentasi yang mungkin. Oleh sebab itu abduksi sering disebut dengan argumentasi menuju penjelasan terbaik.
Ada empat cara mendapatkan argumentasi terbaik, yakni:
Kesederhanaan, yaitu jelaskan segala hal dengan bahasa yang ringan dan tidak ada bantahan dari pihak lain.
Koherensi, yaitu pilih penjelasan yang sesuai dengan apa yang diyakini para ahli tentang dunia.
Prediktabilitas, yaitu pilih penjelasan yang paling banyak menghasilkan prediksi yang dapat disangkal atau diiyakan.
Komprehensi, yaitu pilih penjelasan yang paling lengkap dan meninggalkan sedikit sekali ketidakjelasan
Contoh dari penalaran abduktif adalah andai kita mengetahui bahwa seseorang yang bernama Bob selalu mengendarai mobilnya dengan sangat cepat jika sedang mabuk, maka pada saat kita melihat Bob mengendarai mobilnya dengan sangat cepat, maka kita berkesimpulan bahwa Bob sedang mabuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar